Minggu, 02 Juni 2013

Wakil-Wakil Presiden Negara Republik Indonesia (pertama s/d sekarang)


1.Dr. Muhamad Hatta


Beliau lahir di Bukittinggi, Sumatera barat, pada tangal 12 Agustus 1902. Semasa kecilnya, Mohammad Hatta sering dipanggil Mohammad Athar, dan ketika memasuki masa perjuangan kemerdekaan, beliau lebih populer dan lebih terasa akrab dengan nama Bung Hatta, yang pada saat itu lebih bermakna “saudara seperjuangan”. Bung Hatta memperoleh pendidikan dasar (SR) dan sekolah menengah (MULO) di Padang, dan kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School dan tamat tahun 1921. Walaupun beliau ditawari pekerjaan dengan gaji yang cukup tinggi, namun ditolaknya karena beliau ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke negeri Belanda di Rotterdamse Handelschogenschool. Disinilah Bung Hatta mulai berkecimpung dalam organisasi pemuda yang saat itu diketuai oleh Dr.Soetomo (Bung Tomo).
Ketika kembali ke Indonesia, beliau aktif pula dalam dunia pers anggota Dewan Redaksi “Hindia Poetra” dan majalah Daulat Rakyat. Dimasa-masa inilah Bung Hatta berkenalan dengan Bung Karno (Ir. Soekarno). Bung Hatta, bukan saja seorang proklamator di samping Bung Karno, beliau adalah juga seorang arsitek negara. Beliau adalah figur yang sedikit bicara tetapi lebih banyak berbuat. Oleh karena itu, Bung Hatta tidak hanya disegani oleh rakyat Indonesia, tetapi juga oleh bangsa lain, terutama dalam era perjuangan kemerdekaan.
Beliau lebih disegani dan dikagumi karena kemampuannya menggalang masyakat internasional dengan menguasai bahasa asing, seperti bahasa Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman. Bung Hatta selain Wakil Presiden RI pertama, beliau pernah menyamar sebagai co-pilot ke India untuk bertemu dengan Gandhi dan Jawaharlal Nehru. Sebagai seorang pejuang kemerdekaan, Bung Hatta mengalami penangkapan dan pembuangan oleh pemerintah Belanda, sebelum Belanda menyerah kepada Jepang tahun 1942. Pada dasarnya, penangkapan dan pembuangan Bung Hatta disebabkan oleh penolakannya atas bujukan Belanda untuk bekerja sama.
Beliau menikah pada umur 42 tahun dengan Rahmi, setelah Indonesia merdeka, yang kemudian mereka dianugerahi tiga orang puteri; Meutia, Gemala, dan Halida. Bung Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di tengah-tengah rakyat, di Pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Nama besar Bung Hatta dengan segala sikap, kepribadian yang melekat pada dirinya dijadikan sebagai landasan perjuangan bagi YAYASAN PENDIDIKAN BUNG HATTA melalui penyelenggaraan Universitas Bung Hatta Padang yang didirikan pada tahun 1981 dan Program Beasiswa Bung Hatta yang dimulai pada tahun ajaran 1997/1998.

2. Sri Sultan Hamengkubuwono IX


Lahir di nDalem Pakuningratan kampung Sompilan Ngasem, 12 April 1912 dengan nama kecil Dorodjatun. Ketika Dorodjatun berusia 3 tahun Beliau diangkat menjadi putera mahkota(calon raja) dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibya Raja Putera Narendra ing Mataram.
Sejak usia 4 tahun Dorodjatun sudah hidup terpisah dari keluarganya, dititipkan pada keluarga Mulder seorang Belanda yang tinggal di Gondokusuman untuk mendapat pendidikan yang penuh disiplin dan gaya hidup yang sederhana sekalipun ia putra seorang raja. Dalam keluarga Mulder itu Dorodjatun diberi nama panggilan Henkie yang diambil dari nama Pangeran Hendrik, suami Ratu Wilhelmina dari Negeri Belanda. Pada usia 6 tahun Dorodjatun masuk sekolah dasar Eerste Europese Lagere School dan tamat pada tahun 1925.

3. Adam Malik


Adam Malik lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917. Beliau hanya menempuh pendidikan SD, selanjutnya ia belajar otodidak (belajar sendiri) Adam Malik yang menggantikan Sri Sultan adalah politikus sangat terkenal dengan idiom politiknya yang khas, “bisa diatur.” Adam Malik bukan cuma politikus ulung, tapi juga diplomat dan wartawan. Beliau merupakan salah seorang penandatangan deklarasi berdirinya ASEAN tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok (Thailand). Ketika menjadi Ketua MPR/DPR walaupun hanya enam bulan (Oktober1977-Maret 1978), ia telah mengubah citra DPR sehingga rakyat mau mengadu ke DPR.
Beliau mendapat penghargaan karena jasa-jasanya yang luar biasa dan tindak kepahlawanannya dalam perjuangan melawan penjajah dan mempertahankan prinsip kemerdekaan serta membangun negara dan bangsa Indonesia pada umumnya, khususnya dalam membawakan politik luar negeri bebas aktif serta memperjuangkan integrasi Timor Timur, pembebasan Irian Barat dan merumuskan ASEAN.

4. Umar Wirahadikusuma


Umar Wirahadikusuma lahir pada tanggal 10 Oktober 1924 di Sumedang, Jawa Barat. Istri beliau bernama Ny Karlinah Djaja Atmadja. Beliau memulai pendidikan ketentaraan pada zaman Jepang di daerah Tangerang, kemudian bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air). Beliau membentuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di Cicalengka pada tanggal 1 September 1945.






5. Sudharmono (1988-19993)


Wakil Presiden ke-5 ini lahir di Gresik, Jawa Timur pada tanggal 12 Maret 1927. Beliau adalah seorang anak yatim piatu. Ibunya meninggal dunia ketika ia berumur 3 tahun. 6 bulan kemudian ayahnyapun meninggal dunia. Beliau adalah seorang yang berhasil karena kerja keras dan ketekunannya serta tidak suka menonjolkan dirinya.






6. Try Sutrisno


Beliau lahir di Surabaya, 15 November 1935.
Pendidikan :
Menamatkan pendidikan dari sekolah dasar sampai dengan sekolah tingkat menengah atasTahun 1955 masuk pendidikan Akademi Tehnik Militer Angkatan Darat (ATEKAD) di bandung. Selesai tahun 1959







7. BJ.Habibie


Beliau lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan, tanggal 25 Juni 1936. Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Beliau menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, beliau menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.



8. Megawati Soekarnoputri


Sebelum menjadi Presiden RI, beliau menjabat sebagai Wakil Presiden RI yang ke-8. Megawati dilahirkan di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Kelahirannya ditandai dengan suasana yang tidak nyaman : hujan deras, atap rumah yang bocor, guntur menggelegar, kilat menyambar-nyambar, dan tanpa listrik. Proses kelahiran Mega hanya diterangi oleh lampu minyak tanah. Rupanya, suasana saat kelahiran Megawati menjadi semacam pertanda untuk perjalanan hidupnya kemudian. Setelah Presiden Soekarno lengser, Mega dan keluarga mendapat cobaan politik yang tidak kecil: terasing dari dunia ramai.
Ia dan keluarganya hidup dalam kondisi yang tertekan dan penuh cobaan hidup. Saat mengandung anak kedua, suami pertamanya, Lettu (Penerbang) Surindro Supjarso hilang dalam kecelakaan pesawat Skyvan T-701 yang dipilotinya jatuh di Biak, Irian Jaya tahun 1970. Sampai kini Surindro tidak pernah ditemukan. Tahun 1972 Mega menikah dengan seorang diplomat Mesir — yang sedang bertugas di Jakarta — Hassan Gamal Ahmad Hasan. Tetapi perkawinan itu, kemudian dibatalkan. Alasannya, Mega masih terikat perkawinan yang sah dengan Surindro. Karena belum ada kepastian mengenai nasib suaminya pertamanya itu. Soalnya, sampai saat itu Surindro belum ditemukan dan belum bisa dipastikan apakah sudah meninggal atau masih ada. Kemudian baru ada kepastian dari Angkatan Udara bahwa Surindro suaminya telah gugur dalam musibah jatuhnya pesawat itu. Tak lama setelah itu, Mega menikah dengan Taufik Kiemas, seorang aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) asal Sumatera Selatan.

9. Prof.Dr.H. Hamzah Haz


Hamzah Haz adalah salah satu politikus kawakan Indonesia.  Hamzah lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, 15 Februari 1940. Hamzah dikenal sebagai orang yang sederhana. Ia bermukim di Jalan Tegalan 27, Matraman, Jakarta Timur. Hamzah Haz didampingi dua istri, Hj Asmaniah dan Hj Titin Kartini . Dari kedua istrinya, ia dikaruniai 12 anak, yaitu 4 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan.
Karirnya dalam bidang politik sudah dirintis ketika ia masih sangat muda. Sejak SMP, ia sudah aktif berorganisasi. Setamat Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak pada 1961, ia menjadi wartawan surat kabar Pontianak, Bebas. Karir jurnalistik hanya sempat dijalaninya selama setahun. Sebab, tahun berikutnya ia ikut ayahnya, anggota Koperasi Kopra yang mendapat tugas belajar di Akademi Koperasi Negara Yogyakarta. Karena giat berorganisasi sejak SMP, di kampusnya itu pun ia mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, sekaligus ia terpilih menjadi ketuanya. Pada 1965, Hamzah kembali ke Pontianak dan bergeral sarjana muda. Selanjutnya, ia meneruskan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura dan mengambil jurusan ilmu perusahaan. Di Universitas tempatnya belajar, Hamzah menjadi dosen pada akhirnya.

Di luar kegiatan akademis, ia menjadi Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak dan mewakili Angkatan 66 di DPRD Kalimantan Barat. Hamzah sempat menjadi Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat. Kemudian, mewakili NU ia hijrah ke Gedung DPR/MPR di Senayan pada 1971. Setelah NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan, ia terpilih secara terus-menerus menjadi anggota DPR mewakili PPP. Di PPP, ia sudah beberapa periode menjadi pengurus. Terakhir, ia menjadi salah seorang ketua DPP PPP, sebelum akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP pada akhir 1998.. Pada 1998 ia menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkuat kabinet Presiden Habibie.  Tanggal 10 Mei 1999, ia mengundurkan diri dari jabatan menteri karena ada desakan masyarakat agar pimpinan partai tidak duduk sebagai menteri. Tanggal 29 Oktober 1999, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan dalam Kabinet Gus Dur. Namun, namanya dicoret oleh Gus Dur.  Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9  Republik Indonesia. Hal ini terutama jatuhnya KH Abdurrahman Wahid dari kursi presiden. Secara otomatis, Megawati yang menjabat wapres naik menjadi presiden. Lowongnya kursi wapres itu tidak langsung ditempati Hamzah, melainkan ia harus melalui proses pemilihan. Ia bertarung menghadapi nama-nama yang cukup dikenal luas seperti Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, mantan Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Polsoskam Agum Gumelar, dan Siswono Yudo Husodo. Dalam pemungutan putaran ketiga dalam lanjutan Rapat Paripurna Sidang Istimewa (SI) MPR ia berhasil mengungguli Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung


10. Drs. H. M Jusuf Kalla


Wakil presiden Indonesia yang kesepuluh ini terkenal sebagai salah seorang pengusaha besar. Beliau pernah menjadi Direktur utama dan Komisaris utama di berbagai perusahaan. Ayahnya, H Kalla juga seorang pengusaha. Usaha yang dirintis orang tuanya ini kemudian berkembang di tangan generasi keduanya yang dinakhodai Jusuf Kalla. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin Makasar, 1967, ini dari sejak usia muda memang sudah sering diikutsertakan dalam usaha, membantu orangtua. Sehingga ia dapat mengerti persoalan dalam dunia usaha.
Dalam dunia usaha, ia telah dididik untuk menjadi orang yang ulet, jujur, memperhatikan langganan, mempunyai visi ke depan dalam menjalankan usaha bersama karyawan-karyawan yang lain. Itulah yang mengantarkannya mampu mengendalikan sejumlah perusahaan di antaranya sebagai Direktur Utama NV. Hadji Kalla, PT Bumi Karsa, PT. Bumi Sarana Utama, PT. Kalla Inti Karsa dan Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International dan PT. Bukaka Teknik Utama sampai tahun 2001 sebelum ia menjadi menteri.

11.Prof. Dr. Boediono, M.Ec.


lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943; umur 66 tahun adalah Wakil Presiden Indonesia yang menjabat sejak 20 Oktober 2009. Ia terpilih dalam Pilpres 2009 bersama pasangannya, presiden yang sedang menjabat, Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Direktur Bank Indonesia (sekarang setara Deputi Gubernur).
Saat ini ia juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada sebagai Guru Besar. Oleh relasi dan orang-orang yang seringkali berinteraksi dengannya ia dijuluki       The man to get the job done. Boediono beristrikan Herawati dan memiliki dua anak, Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar